Rabu, 22 Februari 2012

BAB 2



 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Gizi
   Gizi berasal dari bahasa Arab “ ghidza “ yang menurut harafiah adalah zat makanan, dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “ nutrition “yang berarti adalah bahan makanan . Zat gizi sering diartikan juga sebagai ilmu gizi. Zat gizi adalah zat-zat yang diperlukan tubuh yang berasal dari zat makanan. Macam-macam zat gizi meliputi karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein, mineral, dan vitamin. WHO (World Health Organization, dalam Soekirman, 2000: 4) mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup untuk kembali dan mengolah zat-zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh, dan menghasilkan energi.
   Menurut Sunita Almatsier (2002 : 3) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun sel-sel yang mati atau rusak, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Lebih umum gizi diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh, serta menghasilkan tenaga. Pada perkembangannya sekarang, kata gizi mempunyai pengertian yang luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi seseorang, karena gizi berkaitan dengan potensi seseorang, yaitu gizi berkaitan dengan potensi otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia faktor gizi penting dalam pembangunan, khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia ( SDM )
   Terpenuhinya kebutuhan gizi seimbang sangat penting bagi tubuh manusia, karena kekurangan asupan gizi akan menimbulkan efek negatif bagi tubuh kita, seperti diungkapkan oleh Marsetyo ( 1995 : 2 ) bahwa kekurangan gizi akan berakibat:(1) pertumbuhan dan perkembangan kurang normal, dan (2) kelesuan, tidak bergairah melakukan kegiatan sehari-hari.                                                                                                                                                                                                                                                       
Menurut Sunita Almatsier (2002:291) gizi yang seimbang dikelompokkan berdasar tiga (3) fungsi utama, yaitu :
a.       Sumber energi atau tenaga, yaitu padi-padian atau serealia seperti beras , jagung, gandum, umbi-umbian seperti ubi, singkong, dan talas, serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, mie dan bihun.
b.      Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam telur, dan susu. Sumber protein nabati, seperti kacang-kacangan; kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, serta hasil olahanya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom.
c.       Sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah. Sayuran diutamakan yang berwarna hijau dan jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, serta sayur kacang-kacangan seperti kacang panjang, buncis, kecipir. Buah-buahan yang diutamakan yang berwarna jingga dan kaya akan serat dan berasa asam, seperti papaya, mangga, nanas, nangka masak, jambu biji, apel, sirsat dan jeruk.

            Selain bahan makanan di atas, dalam makanan sehari-hari kita mengenal sumber lemak murni, seperti minyak goreng, margarine, mentega, serta sumber karbohidrat murni seperti gula pasir, gula merah, madu dan sirup. Zat gizi seimbang tersebut telah dijadikan patokan oleh para ahli gizi, sehingga lahirlah apa yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
            Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan. PUGS menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energi diperoleh melalui karbohidrat ( terutama karbohidrat kompleks ), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak.
            Usia sekolah berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan, karena itu anak usia sekolah sangat membutuhkan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan khususnya energi dan protein. Di samping itu anak sekolah merupakan konsumer yang aktif dan mandiri dalam menentukan makanan yang dikehendakinya. Kecepatan pertumbuhan anak sekolah jika tidak dibarengi dengan zat gizi yang seimbang dikhawatirkan kesempatan tumbuh yang pesat tersebut terganggu. Dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas zat gizi diharapkan makanan yang dikonsumsi anak-anak dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.
            Dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak Suhardjo (1996; dalam makalah Kokom Komariah, 2006:3) mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berukut :
a.       Bahan pokok energi mutlak harus dipenuhi, baik yang berasal dari bahan   makanan pokok, penggunaan minyak atau lainnya dari gula.
b.      Gunakan gabungan sumber protein hewani dan nabati terutama kacang-kacangan atau hasil olahan seperti tempe dan tahu.
c.       Manfaatkan bahan makanan sumber protein hewani setempat yang ada dan mungkin didapat.

   Menurut Marsetyo (1995:1) manfaat zat-zat gizi bagi tubuh adalah sebagai berikut :
a.       Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan,  terutama bagi mereka yang masih dalam masa perumbuhan.
b.      Menyediakan zat pembangun untuk membentuk berbagai jaringan
      tubuh.
Penyediaan makan pada anak-anak yang sebenarnya tidak berbeda dengan penyediaan makanan pada orang dewasa, baik dalam hal jenis makanan, proporsi maupun cara penyajian. Namun yang perlu diperhatikan adalah zat gizi yang terkait dengan proses pertumbuhan yakni protein, oleh karena kekurangan protein akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tinggi badan, sehingga akan menyebabkan anak menjadi pendek. Protein sangat berguna bagi pertumbuhan tubuh seorang anak, Di samping itu, penyediaan makanan pada anak harus memperhatikan perkembangan otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang dikonsumsinya jadi jumlah kebutuhan zat gizi pada anak juga ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas sehari-hari. Sehingga kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak adalah besarnya kebutuhan energi dan protein untuk anak-anak dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Tabel Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) Anak-anak
Jenis Kelamin dan usia (tahun)
BB (Kg)
Energi (Kalori)
Protein (Gram)
Perempuan, 10-12
30
1950
45
Perempuan, 13-15
40
2200
57
Perempuan,16-19
53
2360
62
Perempuan > 20
56
2700
50
Laki-laki, 10-12
32
1750
49
Laki-laki, 13-15
42
1900
57
Laki-lakli, 16-19
46
1850
47
Laki-laki, > 19
50
2100
44
            Sumber Djoko Pekik Irianto (2004 : 179 )
                  Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan ( AKG ) atau Recommended Dietary Allowances ( RDA ) adalah tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. AKG di Indonesia didasarkan atas patokan  berat badan untuk masing-masing kelompok berat badan menurut umur, gender, dan aktivitas fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survay penduduk.
            AKG tidak sama dengan Angka Kebutuhan Gizi  (Dietary Requirement ). Angka Kebutuhan Gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang ( individu ) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat, sedangkan AKG ( Angka Kecukupan Gizi ) adalah kecukupan gizi rata-rata penduduk. 
      Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Hakikat Gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang zat-zat yang diperlukan oleh tubuh yang berasal dari zat makanan.
2.  Status Gizi  
  Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat gizi untuk pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi satu pihak serta konsumsi zat gizi dilain pihak. Secara singkat status gizi dapat dikatakan sebagai gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat gizi dengan konsumsi zat gizi (Djiteng R., 1989 : 27 )
Menurut Djoko Pekik Irianto (2006 : 3) status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa  status gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari.
Menurut Moch. Agus Krisno Budiyanto (2001 : 9) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah sebagai berikut ; a) Produk pangan (jumlah dan jenis makanan), b) Pembagian makanan atau pangan, c) Akseptabilitas, d) Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu e) Pantangan pada makanan tertentu, f) Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, g) Keterbatasan ekonomi, h) Kebiasaan makan, i) Selera makan, j) Sanitasi makanan (Penyiapan, penyajian, dan penyimpanan) dan k) Pengetahuan gizi.

            Faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi tersebut akan saling berinteraksi satu sama lain sehingga berimplikasi kepada status gizi seseorang. Status gizi seimbang sangat penting terutama bagi pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia. Menurut Djoko Pekik Irianto (2007:23) Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, sebagai berikut :
a.     Kecukupan gizi ( gizi seimbang )
Dalam hal ini asupan gizi, seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi basal, kegiatan, dan pada keadaan fisiologis tertentu, serta dalam keadaan sakit.
b.    Gizi kurang.
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat ( patologis ) yang timbul karena tidak cukup makan, dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang selama jangka waktu tertentu.
c.    Gizi lebih.
Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makanan. Mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang diperlukan oleh tubuh dalam jangka waktu yang panjang, dikenal sebagai gizi lebih (Moch. Agus Krisno Budiyanto, 2001: 14).

          Menurut Djoko Pekik Irianto (2007 : 65 ) penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
I. Pemeriksaan Langsung
a)    Pengukuran Antropometri
Pengukuran Antropometri dilakukan dengan mengukur : tinggi badan, berat badan, tebal lemak tubuh (tricep, bicep, scapula  dan suprailliaca ). Tujuan : menghitung lemak pada jaringan adipose.
b)   Pemeriksaan Biokimia.
Pemeriksaan laboratorium (biokimia) dilakukan melalui pemeriksaan specimen jaringan tubuh ( darah, urine, tinja, hati, dan otot ) yang diuji secara laboratoris, terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolesterol.



c)    Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dilakukan pada jaringan epitel (Superfisiel ephitel tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Tujuan : untuk mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus.
d)   Pemeriksaan Biofisik
Pemeriksaan biofisik dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta perubahan struktur jaringan. Tujuan : untuk mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja.

II. Pemeriksaan Tidak Langsung
a)    Survei Konsumsi
              Penilaian konsumsi makanan : dilakukan dengan wawancara kebiasaan makanan dan penghitungan makanan sehari hari. Tujuan : untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi.
b)   Statistik Vital
              Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisa data kesehatan, seperti angka kematian, kesakitan dan kematian akibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Tujuan : indikator tidak langsung status gizi masyarakat.
c)    Faktor Ekologi
              Pengukuran status gizi didasrkan atas ketersedianya makanan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi ( iklim, tanah, irigasi ). Tujuan untuk mengetahui penyebab malnutrisi masyarakat.

Menurut I Dewa Nyoman (2002 : 21) faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi adalah sebagai berikut :
a.     Tujuan pengukuran
b.    Unit sampel yang akan diukur
c.     Jenis informasi yang dibutuhkan
d.    Tingkat reliabiltas dan akurasi yang dibutuhkan
e.     Tersedianya fasilitas dan peralatan
f.     Ketersediannya tenaga
g.    Ketersediaannya waktu
h.    Dana yang dibutuhkan

Hal-hal tersebut diatas tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait faktor yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian metode status gizi harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencermati keunggulan dan kelemahan metode tersebut.
Status gizi baik ataupun gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan tingkatan paling baik atau yang setinggi mungkin (Sunita Almatsier, 2002 : 9). Status gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental, terdapat keterikatan yang erat antara tingkat transportasi penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan keadaan gizi dengan konsumsi makanan.
Tingkat keadaan gizi optimal akan tercapai bila kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal. Komsumsi gizi masa kanak-kanak memberikan kontribusi normal terhadap status gizi masa dewasa (Husaini Y.k, 1997:14).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:133-134) empat masalah pokok yang paling serius yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan penyakit gizi salah adalah sebagai berikut :
a.     KPP ( Kekurangan Kalori Protein )
KPP umumnya dialami anak-anak dengan status ekonomi kurang, karena makanan hewani relatif mahal, sehingga tidak terjangkau.
b.    KVA ( Kekurangan Vitamin A )
Anak pada umumnya kurang menyukai sayuran dan buah-buahan yang merupakan sumber vitamin utama, sehingga sering menyebabkan terjadinya avitaminose A.
c.     AGB ( Anemia Gizi Besi )
Zat besi banyak terdapat pada makanan hewani serta sayuran yang berwarna hijau tua. Bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dan mereka yang tidak menyukai sayuran akan beresiko kekurangan zat besi ( Anemia ).
d.    GAKI ( Gangguan Akibat Kekurangan Zat Iodium )
Garam beryodium merupakan upaya untuk menghindarkan masyarakat dari kekurangan yodium.

Munculnya permasalahan gizi tersebut disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang beraneka ragam, pemahaman yang salah terhadap jenis makanan, ketidakteraturan pola makan serta gaya hidup.
 Berdasarkan sebab yang menyebabkan keadaan gizi salah, maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu gizi salah primer dan sekunder. Pada gizi salah primer, kelainan terletak pada intake daripada makanan, seperti merupakan kekurangan maupun kelebihan. Intake dari gizi salah sekunder adalah mencukupi tetapi terdapat rintangan pada rangkaian proses-proses pencernaan, penyerapan transport dan penggunaan zat gizi (Moch. Agus Krisno Budiyanto, 2001:304).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa status gizi adalah gambaran keseimbangan antara kebutuhan gizi yang diperlukan tubuh dengan konsumsi zat gizi.
3. Hakikat Kesegaran jasmani
Manusia sebagai individu terdiri dari kesatuan jasmani dan rohani. Kedua unsur tersebut sama pentingnya dan tidak mungkin dapat dipisahkan satu sama lain. Oleh sebab itu, seharusnya kedua duanya senantiasa terbina, disempurnakan dan dipelihara dengan baik, sehingga dapat terwujud sebagai individu yang bermutu dan berguna bagi masyarakat. Untuk mencapai kondisi yang demikian diperlukan tingkat kesegaran jasmani yang baik.
Pada dasarnya manusia adalah mahluk lndividu sekaligus mahluk sosial yang sudah barang tentu selalu bersosialisasi dengan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia seklau mendambakan kepuasan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup yang semakin hari semakin banyak membuat manusia akan selalu berusaha untuk memenuhinya, maka dengan seakian kerasnya hidup diperlukan kondisi tubuh yang sehat. Dengan kondisi kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik maka aktivitas dan kegiatan manusia dalam kesehariannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akan baik jika dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup orang yang tingkat kesegaran jasmaninya rendah. Jelaslah bahwa hakikat kesegaran jasmani dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting untuk menjalankan segala bentuk kegiatan dan aktivitas.
Jadi berdasarkan pengertian di atas Hakikat tingkat kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk melaksanakan pekerjaannya.
4. Pengertian kesegaran jasmani
Menurut (A.Kamisno,1996:58), Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kesegaran jasmani adalah suatu aspek yaitu fisik dari dari kesegaran jasmani yang menyeluruh (total fitness) yang memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif menyesuaikan diri dari tiap-tiap pembebanan fisik (phsykal fitness) dengan baik (Tri Tunggal Setiawan,1996:6)
Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan tugas sehari-hari dengan mudah tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai sisa cadangan tenaga untuk menikmati waktu luang dan keperluan yang sifatnya mendadak. Dapat pula dipertegas bahwa kesegaran jasmani merupakan kemapuan melaksanakan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar dimana orang yang keadaan kesegaran jasmaninya kurang tidak akan dapat melakukannya (Sadoso Soemosardjuno, 1998:19).
Dari pendapat para ahli dimuka dapatlah diambil kesimpulan bahwa kesegaran jasmani merupakan kempuan fungsional dari seseorang dalam menghadapi pekerjaan. Jadi, orang yang fit akan dapat melaksanakan pekerjaannya berulang kali tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai kapasitas cadangan tenaga untuk mengatasi kesulitan yang tidak terduga sebelumnya.
5. Fungsi kesegaran jasmani
            Olahraga pendidikan merupakan suatu nilai sosial yang telah memperoleh pengakuan dan dapat berkembang sederajat dengan non sporting achievements yang sama pentingnya di dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan perkembangan kepribadian seseorang seperti sukses di sekolah.
            Kesegaran jasmani merupakan sebuah tuntutan dalam hidup agar kita sehat dan mampu menghasilkan sesuatu secara produktif. Sebagai bagian dari program pendidikan jasmani di sekolah, pembinaan kesegaran jasmani sangat srategis, karena mendukung kapasitas belajar siswa dan menggiatkan partisipasi siswa secara menyeluruh, yang sangat diutamakan di sekolah dasar adalah pembinaan kesegaran  jasmani yang terkait dengan kesehatan.
            Seseorang dikatakan memilik kesegaran jasmani, apabila seseorang tersebut memilki kekuatan, kemampuan, kesanggupan dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan yang efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, yaitu sehabis kerja atau melakukan aktivitas masih mempunyai cukup energi (Engkos Kosasih, 1985 : 10). Menurut Rusli Lutan (2002: 7) kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.
                  Bagi Siswa, kesegaran jasmani merupakan hal sangat penting terutama dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Engkos Kosasih (1985 :10) kesegaran jasmani bagi pelajar adalah untuk mempertinggi kemampuan dan kemauan belajar, sehingga dengan kesegaran jasmani yang baik, diharapkan  dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu, harus diketahui cara-cara untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang optimal.
6. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani.
            Kesegaran jasmani yang baik merupakan interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi baik secara langsung dan tidak langsung bagi setiap lapisan masyarakat, meliputi tiga faktor yaitu :


              a. Gizi
          Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:6-7) bahwa, apabila seseorang atau individu memperoleh dan mendapatkan gizi yang cukup biasanya lebih baik kebugaran jasmaninya. Gizi dapat diperoleh dari makanan yang sehat dan berimbang serta cukup energi dan nutrisi yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. sumber energi dengan proporsi : karbohidrat 60%, lemak 25% dan protein 15%. 
b. Latihan Jasmani
          Menurut Djoko Pekik Irianto (2000:6) bahwa melakukan aktifitas jasmani salah satu alternatif yang paling efektif dan aman untuk memperoleh kesegaran jasmani, karena dengan melakukan aktifitas jasmani yang teratur dan terukur mempunyai multi manfaat, antara lain manfaat jasmani (meningkatkan kebugaran jasmani), manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress dan lebih mampu untuk berkonsentrasi) dan manfaat sosial (dapat menambah rasa percaya diri, sarana berinteraksi dan bersosialisasi). Adapun manfaat lain dari latihan kesegaran jasmani adalah (1) Penambahan kekuatan dan daya tahan, membantu dalam melaksankan tugas sehari-haru, karena tidak lekas lelah,(2) Latihan membantu memelihara kesehatan jantung dan pembuluh darah (3) Gerak yang baik bermanfaat bagi tubuh manusia.
c. Istirahat
          Tubuh manusia tersusun atas organ-organ, jaringan dan sel yang memiliki kerja terbatas, seseorang tidak akan mampu kerja terus-menerus sepanjang hari tanpa tanpa berhenti kelelahan merupakan salah satu indikator keterbatasan tubuh manusia. Untuk itu istirahat berguna untuk memulihkan kondisi metabolisme. Dalam sehari semalam, umumnya seseorang memerlukan istirahat 7 hingga 8 jam (Djoko Pekik Irianto, 2000:7).
            Dari uraian tersebut diatas diatas dapat diketahui untuk mewujudkan kesegaran jasmani yang baik salah satu caranya adalah dengan melakukan olahraga / latihan.
            Dalam pelaksanaan latihan menurut Djoko Pekik Irianto (2004:17) harus meliputi 3 macam, yaitu : intensitas latihan, lamanya latihan dan frekuensi latihan.
1. Intensitas Latihan
       Kurang lebih 60-85% dari denyut jantung maksimal, ini pada umumnya berarti bahwa latihan dilakukan sampai berkeringat dan bernafas dalam tanpa timbul sesak nafas atau timbul keluhan. Denyut jantung maksimal adalah 220-umur ( dalam tahun ); Menurut Djoko pekik irianto (2004:17), bahwa intensitas adalah kuantitas yang ditunjukkan berat ringanya latihan.

2. Lama Latihan.
     Lama latihan adalah 20-60 menit, kontinyu dalam melibatkan otot-otot besar. Sedangkan menurut Harsono (1988:62) bahwa lama berlatih dalam training zone untuk olahraga prestasi 45-120 menit sedang untuk olahraga kesehatan 20-30 menit. Untuk meningkatkan kebugaran paru dan penurunan berat badan diperlukan waktu berlatih 20-60 menit.

3. Frekuensi Latihan
     Banyakknya unit latihan perminggu. Untuk meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali seminggu dan 2 hari sekali bila 3 kali seminggu,.

                  Komponen-komponen kesegaran jasmani perlu dipahami, karena komponen-komponen kesegaran jasmani sebagai penentu baik buruknya kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani seseorang. Menurut Moelyono W . ( 1999: 235 ) komponen-komponen kesegaran jasmani terdiri atas delapan macam, yaitu:
    a.   Daya tahan paru jantung
       Daya tahan paru jantung adalah kemampuan paru jantung untuk mensuplai oksigen    bagi kerja otot dalam jangka waktu yang lama.
    b.  Kekuatan otot.
          Kekuatan otot adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan daya semaksimal mungkin untuk mengatasi sebuah tahanan.
    c.  Tenaga ledak otot.
       Tenaga ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kemampuan otot yang maksimal dalam waktu yang singkat.
    d.  Kecepatan.
          Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan berkesinambungan  dalam bentuk yang sama  dalam waktu sesingkat-singkatnya.
     e.  Kelincahan.
          Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang beda dalam waktu sesingkat-  singkatnya.
     f.  Kelentukan.
         Kelentukan adalah kemampuan sendi-sendi dalam tubuh untuk bergerak dengan leluasa.
    g.  Keseimbangan.
         Keseimbangan adalah kemampuan tubuh mempertahankan posisi baik dalam keadaan aktif maupun pasif.
     h.  Kecepatan reaksi
                Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang dalam menanggapi adanya 
 respon   atau rangsangan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

            Unsur komponen kondisi fisik yang dikembangkan dalam pembelajaran penjas yaitu mengenai aktivitas kebugaran. Demikian pula dalam assessment bahan ajar aktivitas kebugaran difokuskan  kepada komponen daya tahan, kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh. Semua komponen-komponen tersebut merupakan pondamen kebugaran. Hal ini sejalan dengan konsep yang diungkapkan oleh Thomas.R, Larame, M. R dan Bonie Pettifon (dalam Nurhasan, 2005:6), mengenai komponen dasar kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu :
a)      Kekuatan otot.
b)      Daya tahan otot.
c)      Kelentukan.
d)     Daya tahan umum ( cardiovascular ).
e)      Komposisi tubuh.

         Secara lebih terperinci komponen kesegaran jasmani di bagi menjadi dua golongan, ( Rusli Lutan, 2002:8 ) yaitu :
a. Kebugaran terkait dengan kesehatan,
1)      Daya tahan aerobik;
2)      Kekuatan otot;
3)      Daya tahan otot;
4)      Fleksibilitas;

b. Kebugara jasmani yang terkait dengan performa,

1)      Koordinasi;
2)      Keseimbangan;
3)      Kecepatan;
4)      Agilitas;
5)      Power;
6)      Waktu reaksi

         Menurut Djoko Pekik Irianto (2004:34) Kesegaran jasmani mempunyai 3 tahapan sasaran. Adapun sasaran kesegaran jasmani itu dirangkumkan dalam S.3, yaitu :
a. S1- Sasaran 1- sasaran minimal
    Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan kemampuan gerak yang masih
     ada dengan memelihara dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan luas
     gerakan pada persendian ( latihan peregangan dan pelemasan seluas mungkin )
b. S2- Sasaran 2 – sasaran antara
    Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan geraknya lebih lanjut
    ( latihan gerakan statis dan dinamis )
c. S3 – Sasaran 3 – sasaran utama
    Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas aerobik.
         Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas fisik dalam waktu yang relatif lama, yang dilakukan secara efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktifitas lain.
7. Hasil Belajar
Belajar merupakan masalah setiap orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Begitu sangat terkenalnya istilah belajar, sehingga seolah-olah setiap orang sudah dengan sendirinya mengerti akan istilah belajar. Dimyati Mahmud (1989: 121-122 ) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi dalam diri seseorang  karena pengalaman. Pendapat lain mengemukakan, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relative permanen sebagi hasil dari pengalaman (Maltin, 1999; Myers,1998; dalam Reni Akbar Hawadi, 2004:168 ).
 Dalam konteks sekolah, belajar adalah sutu proses usaha yang dilakukan siswa  untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Lanawati (1999, dalam Reni Akbar Hawadi, 2004 : 168) prestasi belajar adalah hasil penelitian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran  dan perilaku yang diharapkan siswa.
Prestasi belajar menurut surahmad (1982:25) adalah penilaian hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang, berarti hasil ujian yang dimaksudkan untuk memperoleh suatu nilai dalam menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar. Menurut Suratinah (1984: 43) prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha belajar yang ditunjukkan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa dala penguasaan materi dan ketrampilan berfikir yang dinyatakan dalam proses belajar mengajar melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan di bidang pendidikan (Zainal Arifin, 1989)
Prestasi belajar merupakan gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebaimana telah ditetapkan untuk satu pelajaran tertentu. Slameto ( 1991: 54 ) menyatkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu :
a. Faktor internal, meliputi jasmani, psikologi dan kelelahan.
b. Faktor eksternal, meliputi keluarga, masyarakat dan sekolah.
         Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan Hasil Belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar.
8. Pendidikan jasmani
Pendidikan Jasmani, yang dalam kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain menjadi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, untuk itu harus mampu tampil menyiapkan manusiayang berkualitas, sehat dan bugar sebagai kader-kader pembangunan nasional (M.Husni Thamrin 2006: 7). Menurut seaton (1974) yang dikutip oleh M.Husni Thamrin (2006) Pendidikan jasmani  bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, bertujuan untuk mengembangkan kesegaran jasmani, ketrampilan motorik, pengetahuan sosial dan keindahan. Pengalaman gerak yang didapatkan siswa dalam Pendidikan Jasmani merupakan kontributor penting bagi peningkatan angka partisipasi dalam aktivitas fisik dan olahraga yang sekaligus juga merupakan kontributor penting bagi kesejahteraan dan kesehatan siswa. Untuk itu tidak mengherankan, peningkatan kualitas dan efektivitas proses belajar mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani selalu menjadi fokus perhatian semua pihak yang peduli terhadap pendidikan.
   Jadi berdasarkan pengertian di atas maka Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.
9. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Menurut S.C. Utami Munandar (1991:1 ; dalam Hera Lestari Mikarsa, dkk, 2007:16) masa usia sekolah dasar dibagi menjadi dua,yaitu masa kelas – kelas rendah sekolah dasar berumur 6 sampai dengan 9 tahun dan masa kelas – kelas tinggi yang berusia 10 sampai dengan 13 tahun.
Uraian diatas dapat dikatakan bahwa anak usia sekolah dasar kelas rendah dan kelompok 1 yang terdiri atas kelas 1 sampai dengan kelas 3 dapat disebut anak kelas bawah. Sedangkan anak usia sekolah dasar kelas tinggi dan kelompok dua yang terdiri dari kelas 4 sampai dengan kelas 6 dapat disebut anak kelas atas.
Dengan demikian, siswa kelas atas merupakan siswa sekolah dasar yang duduk di kelas 4 sampai dengan kelas 6 atau antara usia 10-13 tahun.
Sekolah dasar merupakan bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan program belajar selama 6 tahun (Depdikbud, 1989: 18: dalam Hera Lestari, dkk, 2007 : 16). Di sekolah dasar terdapat interaksi dan hubungan antara siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan sekolah dasar harus dilaksanakan kapan saja dan dimana saja, sebab pendidikan telah menjadi komitmen kita. Namun persoalannya bentuk
 sekolah dasar yang bagaimana yang dapat menjangkau anak dalam segala kondisi. Adapun bentuk-bentuk sekolah dasar, tercakup  dalam  4 rumpun pendidikan, yang meliputi :
1)      Rumpun Sekolah Dasar (SD) Konvensional, meliputi Sekolah Dasar biasa, Sekolah Dasar kecil, dan Sekolah Dasar pamong.
2)      Rumpun Sekolah Dasar (SD) Luar Biasa, meliputi Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa, dan sekolah dasar terpadu.
3)      Rumpun Pendidikan Luar Sekolah, meliputi Kejar Paket A.
4)      Rumpun Sekolah Keagamaan, meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Podok Pesantren.
            Hakikat anak sekolah dasar, pada umumnya usia SD merupakan masa-masa yang sangat menentukan didalam pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang baik dikemudian hari. Pendidik harus mampu menciptakan kondisi yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan kematangan anak sekolah dasar, serta sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai perkembangan tertentu.
            Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan gerak, yang merupakan bagian dari perkembangan umum pada diri pelajar sekolah dasar memegang peranan penting dalam pembentukan individu yang berkualitas tinggi dikemudian hari. Pentingnya pertumbuhan fisik dan perkembangan gerak tersebut perlu benar-benar disadari guru pendidikan jasmani di sekolah dasar (SD), karena pada anak sekolah dasar pertumbuhan akan berlangsung. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat dan lebih banyak menguasai berbagai keterampilan.
            Menurut Fauzia Aswan (1996:157) yang dikutip Endang Nugraeni (2004:16) pada usia 10-12 tahun, anak mengalami perubahan tubuh, yaitu tangan semakin lebih terampil sehingga mampu melakukan kerja yang bersifat manipulatif seperti yang dilakukan oleh orang dewasa.
Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual masa keserasian sekolah (Syamsu Yusuf, 2004:24) yang dikutip Endang Nugraeni (2004;16). Pada usia berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar ditentukan karena kematangan tidak ditentukan semata-mata oleh umur. Namun pada usia 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relative, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi 2 fase, yaitu masa kelas-kelas dasar sekolah dasar ( kira-kira usia 6 atau 7 tahun sampai usia 9 atau 10 tahun ) dan masa kelas-kelas atas sekolah dasar ( kira-kira usia 9 atau 10 tahun saampai dengan usia 12 atau 13 tahun ).
Menurut Syamsu Yusuf (2004:25) yang dikutip Endang Nugraeni (2004:17) terdapat beberapa sifat khas anak-anak kelas atas sekolah dasar, yaitu :
a.    Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari secara kongkret.
b.    Sangat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.
c.    Saat akan memasuki akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d.   Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi hasrat keinginannya.
e.    Memandang nilai ( angka raport ) sebagi ukuran yang tepat ( sebaik-baiknya ) mengenai prestasi sekolah.
f.     Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
            Karakteristik siswa sekolah dasar pada umumnya adalah senang melakukan kegiatan manipulatif, ingin serba kongkret, dan terpadu. Siswa sekolah dasar masih mendambakan berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat pula dialami di sekolah.
            Karakteristik siswa sekolah dasar kelas atas usia 10-12 tahun menurut Harsuki ( 2000:67 - 68 ) adalah sebagai berikut :
a.    Perkembangan sex berkembang, menjadi kuat setelah  masa akhir dari kelas VI.
b.    Pengembangan lebar otot-otot besar dan penyesuaian dari otot-otot yang kecil memerlukan latihan tertentu.
c.    Jantung tidak tumbuh sebagaimana cepatnya pertumbuhan tubuh, tekanan darah akan menurun apabila fisik mulai istirahat.
d.   Kesenangan pada permainan dengan bola makin bertambah.
e.    Perhatian dengan teman sekelompok kuat.
f.     Mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjadi orang dewasa.
g.    Rasa kasih sayang seperti orang dewasa.
h.    Rasa bangga berkembang.
i.      Koreksi bentuk tubuh lebih diperkuat lewat kebiasaan sehari-hari.
j.      Memperbaiki kekuatan otot lengan, bahu, punggung, dan tungkai.

               Anak sekolah dasar khususnya anak kelas empat pertumbuhan tulang panjang anak akan berlangsung hingga kepada ketinggian yang maksimal. Pada masa pertumbuhan ini anak memerlukan rangsangan makanan yang cocok untuk pertumbuhan tulang-tulangnya. Untuk pengembangan koordinasi tangan dan mata perlu diberikan latihan-latihan khusus, seperti lempar tangkap bola kecil yang dapat dijadikan sebagai latihan dasar permainan softball. Pada masa ini anak mulai terangsang dengan dengan keadaan lingkungan, ia mulai melihat kehidupan anak yang lebig besar. Ia mulai melihat anak bermain bola, basket, renang. Ia telah mencari kawan untuk bermain bersama, sehingga karakteristik terhadap lingkungan perlu diperhatikan. Oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus jadi perhatian kegiatan-kegiatan tersebut dengan kegiatan musiman dan kegiatan rekreasi. Pada akhir kelas empat anak lebih mengutamakan melakukan kegiatan keterampilan yang lebih bermanfaat, keberanian, atau nekat dan mendapatkan keyakinan sendiri oleh kemampuanya, kegiatan senam akrobatik sangat cocok diberikan pada masa akhir kelas empat.
               Pada masa kelas lima dan enam mulai kelihatan anak perempuan dan laki-laki saling  memisah satu dengan yang lain. Kala sebelumnya mereka bermain seperti tidak ada perbedaan tetapi mereka sekarang bersifat enggan untuk berkumpul menjadi satu karena mereka malu antara satu dengan yang lain, untuk itu guru pendidikan jasmani perlu memperhatikan anak pada masa ini dengan cara menyiapkan permaian untuk anak laki-laki dan membuat team kecil untuk anak perempuan. Di samping itu juga perlu disiapkan satu program yang dimainkan bersama anak laki-laki dan perempuan seperti permainan bulu tangkis. Pada umumnya karakteristik anak sekolah dasar kelas atas menyukai olahraga permainan yang menggunakan alat khususnya bola.
               Karakteristik peserta didik kelas atas SDN Cungkuk adalah berbeda-beda antara satu dengan yang lain, secara fisik ada yang yang gemuk ada pula yang kurus, ada yang yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang kuat, ada yang lemah dan ada yang aktif ada juga yang pasif. Tinggi badan anak SDN Cungkuk berkisar antara 120 - 155 Cm, berat badan antara 22,5 - 55Kg. Sedang secara psikis ada anak yang suka bicara  ada yang pendiam, ada yang pemalu ada yang pemberani dan ada yang malas ada pula yang rajin.
            Dengan melihat karakteristik jasmani peserta didik yang berbeda-beda, maka untuk meningkatkan kesegaran jasmani harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimilikinya, agar peserta didik dapat melaksanakan aktifitas jasmani dengan sebaik-baiknya.
            Menurut beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik anak SD yaitu masa-masa dimana seorang anak senang bermain dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, perkembangan sikap, mental, sosial dan emosional, perkembangan jasmani dan mencari jati diri.
B. Penelitian yang Relevan
Untuk melengkapi dalam mempersiapkan penelitian ini maka peneliti mencari bahan acuan yang relevan dalam mendukung penelitian yang peneliti lakukan. Namun peneliti menemukan hasil penelitian yang serupa dengan memuat komponen-komponen yang diteliti dalam penelitian ini. Dari beberapa penelitian tersebut khususnya tentang status gizi dan tingkat kesegaran jasmani peneliti / penulis menemukan penelitian yang mengkaji tentang :
1.      Hasil penelitian Umi Setiyowati 2007 dengan judul “Status Gizi Siswa-Siswi SDN Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang”.  Dengan populasi 160 siswa dan semuanya menjadi subyek penelitian. Dengan hasil 90,63% keadaan status gizinya berkategori normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keadaan status gizi siswa siswi SDN Kaliurang 2 termasuk dalam kategori normal. Suharjono dan Tomoliyus tahun 2001 dengan sampel siswa kelas IV, V dan VI SD Se Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Devenport Kaup dengan norma penilaian dari Sardjono hasilnya adalah 47 orang (9,4%) berstatus gemuk sekali (GS), 51 orang (10,2%) berstatus gemuk (G), 206 orang (41,2%) berstatus normal (N), 184 orang (36,8%) berstatus kurus (K), dan 12 0rang (2,4%) berstatus sangat kurus (SK).
2.      Penelitian oleh Purwa Heryanto (2008) yang berjudul’’ tingkat kesegaran jasmani pada siswa kelas atas SD Muhammadiyah Gendol 1, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah Gendol 1 Tempel yang berjumlah 120 siswa dengan sampel kelas atas yaitu kelas IV, V, dan VI SD Muhammadiyah Gendol 1, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, yang berjumlah 45 siswa. Dengan hasil penelitian menunjukkan  bahwa tingkat kesegaran jasmani siswa kelas atas (IV, V, dan VI) SD Muhammadiyah Gendol 1 Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman yang berusia 10-12 tahun termasuk dalam klasifikasi kurang (44,4%) dan sedang (44,4%). Tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas atas SD Muhammadiyah Gendol 1 Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman yang berusia 10-12 tahun berada pada kategori kurang; sedangkan siswa putri berada pada kategori sedang.
C. Kerangka Berfikir
      Kondisi lingkungan disekitar SDN Cungkuk masih asri. Belum ada jalan besar yang menghubungkan antar propinsi dan masih sangat jarang adanya gedung-gedung bertingkat. Udara disekitar SDN Cungkuk masih sejuk, dan masih banyak tanah kosong yang digunakan untuk arena bermain anak.
Sebagian besar siswa SDN Cungkuk berasal dari penduduk sekitar SDN Cungkuk yaitu di desa cungkuk, kadiluwih dan kadisono yang matapencahariannya adalah sebagai petani dan kegiatan sehari-harinya adalah pergi ke sawah. Siswa di SDN Cungkuk selalu berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki dan beberapa dengan sepeda onthel. Kegiatan sepulang sekolah siswa diisi dengan membantu orang tua untuk kerja di sawah dan bermain di tanah-tanah kosong dengan teman sebaya mereka seperti berlari-larian, dan berenang di sungai.
Berbeda dengan apa yang terjadi di SD-SD daerah perkotaan. Siswa SD di perkotaan biasaanya berangkat dan pulang sekolah dengan diantar-jemput oleh orang tua atau oleh supir. Sepulang sekolah siswa mengisi waktu dengan les mata pelajaran, bermain video game dan menonton acara televisi. Siswa-siswa juga jarang sekali membantu orang tua untuk bekerja membersihkan lingkungan rumah karena biasanya orang-orang di daerah perkotaan sudah membayar orang khusus untuk bantu-bantu di rumah yang biasa disebut dengan pembantu atau PRT.
Perbedaan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa di SDN Cungkuk dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa di SD perkotan menimbulkan pertanyaan bagaimana tingkat kesegaran jasmani siswa?. Tingkat kesegaran jasmani siswa SDN Cungkuk diduga lebih baik karena siswa di SDN Cungkuk lebih aktif dan lebih banyak melakukan aktifitas-aktifitas fisik yang dilakukan setiap hari.

Status Gizi adalah gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat gizi untuk pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi satu pihak serta konsumsi zat gizi dilain pihak. Seorang siswa yang status gizinya baik, maka akan memiliki badan yang sehat, tidak lesu dan bergairah dalam melakukan kegiatan sehari-hari termasuk dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun belajar dirumah.
Kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari secara efektif dan efisien dalam waktu yang relative lama tanpa mengalami kelelahan yang cukup berarti. Siswa yang kesegaran jasmaninya baik, maka akan memiliki badan yang segar, sehat, mampu mempertinggi kemampuan dan kemauaan untuk belajar dan berlatih.
Hasil belajar pendidikan jasmani adalah hasil akhir dari pada semua aspek-aspek yang ada, didalam status gizi dan tingkat kesegaran jasmani untuk memperoleh nilai ataupun tingkat gizi dan kesegaran jasmani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LK-KK J. Ped. KP 02 LEMBAR KERJA Kegiatan : Melakukan Evaluasi ...