|
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab “ ghidza
“ yang menurut harafiah adalah zat makanan, dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah “ nutrition “yang berarti adalah bahan makanan . Zat gizi
sering diartikan juga sebagai ilmu gizi. Zat gizi adalah zat-zat yang
diperlukan tubuh yang berasal dari zat makanan. Macam-macam zat gizi meliputi
karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein, mineral, dan vitamin. WHO (World
Health Organization, dalam Soekirman, 2000: 4) mengartikan ilmu gizi
sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup untuk
kembali dan mengolah zat-zat padat dan cair dari makanan yang diperlukan untuk
memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya organ tubuh, dan menghasilkan
energi.
|
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh,
serta menghasilkan tenaga. Pada perkembangannya sekarang, kata gizi mempunyai
pengertian yang luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi
seseorang, karena gizi berkaitan dengan potensi seseorang, yaitu gizi berkaitan
dengan potensi otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena
itu, di Indonesia faktor gizi penting dalam pembangunan, khususnya dalam
pengembangan sumber daya manusia ( SDM )
Terpenuhinya
kebutuhan gizi seimbang sangat penting bagi tubuh manusia, karena kekurangan
asupan gizi akan menimbulkan efek negatif bagi tubuh kita, seperti diungkapkan
oleh Marsetyo ( 1995 : 2 ) bahwa kekurangan gizi akan berakibat:(1) pertumbuhan
dan perkembangan kurang normal, dan (2) kelesuan, tidak bergairah melakukan
kegiatan sehari-hari.
Menurut Sunita
Almatsier (2002:291) gizi yang seimbang dikelompokkan berdasar tiga (3) fungsi
utama, yaitu :
a.
Sumber energi atau tenaga,
yaitu padi-padian atau serealia seperti beras , jagung, gandum,
umbi-umbian seperti ubi, singkong, dan talas, serta hasil olahannya seperti
tepung-tepungan, mie dan bihun.
b.
Sumber protein, yaitu sumber
protein hewani, seperti daging, ayam telur, dan susu. Sumber protein nabati,
seperti kacang-kacangan; kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang
merah, kacang tolo, serta hasil olahanya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan
oncom.
c.
Sumber zat pengatur seperti
sayuran dan buah. Sayuran diutamakan yang berwarna hijau dan jingga, seperti
bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, serta sayur kacang-kacangan
seperti kacang panjang, buncis, kecipir. Buah-buahan yang diutamakan yang
berwarna jingga dan kaya akan serat dan berasa asam, seperti papaya, mangga,
nanas, nangka masak, jambu biji, apel, sirsat dan jeruk.
Selain
bahan makanan di atas, dalam makanan sehari-hari kita mengenal sumber lemak
murni, seperti minyak goreng, margarine, mentega, serta sumber karbohidrat
murni seperti gula pasir, gula merah, madu dan sirup. Zat gizi seimbang
tersebut telah dijadikan patokan oleh para ahli gizi, sehingga lahirlah apa
yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang
disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan. PUGS menganjurkan agar
60-75% kebutuhan energi diperoleh melalui karbohidrat ( terutama karbohidrat
kompleks ), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak.
Usia
sekolah berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan, karena itu anak usia
sekolah sangat membutuhkan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan
khususnya energi dan protein. Di samping itu anak sekolah merupakan konsumer
yang aktif dan mandiri dalam menentukan makanan yang dikehendakinya. Kecepatan
pertumbuhan anak sekolah jika tidak dibarengi dengan zat gizi yang seimbang
dikhawatirkan kesempatan tumbuh yang pesat tersebut terganggu. Dengan
memperhatikan kuantitas dan kualitas zat gizi diharapkan makanan yang
dikonsumsi anak-anak dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam
memenuhi kebutuhan gizi anak-anak Suhardjo (1996; dalam makalah Kokom Komariah, 2006:3)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berukut :
a.
Bahan pokok energi mutlak harus
dipenuhi, baik yang berasal dari bahan makanan pokok, penggunaan minyak atau lainnya
dari gula.
b.
Gunakan gabungan sumber protein
hewani dan nabati terutama kacang-kacangan atau hasil olahan seperti tempe dan
tahu.
c.
Manfaatkan bahan makanan sumber
protein hewani setempat yang ada dan mungkin didapat.
Menurut Marsetyo (1995:1) manfaat zat-zat
gizi bagi tubuh adalah sebagai berikut :
a.
Memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan, terutama
bagi mereka yang masih dalam masa perumbuhan.
b.
Menyediakan zat pembangun untuk
membentuk berbagai jaringan
tubuh.
Penyediaan makan
pada anak-anak yang sebenarnya tidak berbeda dengan penyediaan makanan pada
orang dewasa, baik dalam hal jenis makanan, proporsi maupun cara penyajian.
Namun yang perlu diperhatikan adalah zat gizi yang terkait dengan proses
pertumbuhan yakni protein, oleh karena kekurangan protein akan menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tinggi badan, sehingga akan menyebabkan anak menjadi
pendek. Protein sangat berguna bagi
pertumbuhan tubuh seorang anak, Di samping itu, penyediaan makanan pada
anak harus memperhatikan perkembangan otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang dikonsumsinya
jadi jumlah kebutuhan zat gizi pada anak juga
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: jenis kelamin, berat badan, dan
aktivitas sehari-hari. Sehingga
kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh anak adalah besarnya
kebutuhan energi dan protein untuk anak-anak dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini.
Tabel 1. Tabel Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) Anak-anak
Jenis Kelamin dan usia (tahun)
|
BB (Kg)
|
Energi (Kalori)
|
Protein (Gram)
|
Perempuan, 10-12
|
30
|
1950
|
45
|
Perempuan, 13-15
|
40
|
2200
|
57
|
Perempuan,16-19
|
53
|
2360
|
62
|
Perempuan > 20
|
56
|
2700
|
50
|
Laki-laki, 10-12
|
32
|
1750
|
49
|
Laki-laki, 13-15
|
42
|
1900
|
57
|
Laki-lakli, 16-19
|
46
|
1850
|
47
|
Laki-laki, > 19
|
50
|
2100
|
44
|
Sumber Djoko Pekik
Irianto (2004
: 179 )
Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan ( AKG ) atau Recommended Dietary Allowances ( RDA ) adalah
tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. AKG di Indonesia
didasarkan atas patokan berat badan
untuk masing-masing kelompok berat badan menurut umur, gender, dan aktivitas
fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survay penduduk.
AKG tidak sama dengan Angka Kebutuhan Gizi (Dietary Requirement ). Angka
Kebutuhan Gizi adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang (
individu ) untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat, sedangkan AKG
( Angka Kecukupan Gizi ) adalah kecukupan gizi rata-rata penduduk.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa Hakikat Gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh yang berasal dari zat makanan.
2. Status Gizi
Status gizi adalah gambaran keseimbangan
antara kebutuhan akan zat gizi untuk pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk
produksi energi satu pihak serta konsumsi zat gizi dilain pihak. Secara singkat
status gizi dapat dikatakan sebagai gambaran keseimbangan antara kebutuhan zat
gizi dengan konsumsi zat gizi (Djiteng R., 1989 : 27 )
Menurut Djoko
Pekik Irianto (2006 : 3) status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik buruknya
penyediaan makanan sehari-hari.
Menurut Moch.
Agus Krisno Budiyanto (2001 : 9) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang
adalah sebagai berikut ; a) Produk pangan (jumlah dan jenis makanan), b) Pembagian makanan
atau pangan, c) Akseptabilitas, d) Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu e) Pantangan pada makanan
tertentu, f) Kesukaan
terhadap jenis makanan tertentu, g) Keterbatasan ekonomi, h) Kebiasaan makan, i) Selera makan, j) Sanitasi makanan (Penyiapan, penyajian, dan penyimpanan) dan k) Pengetahuan gizi.
Faktor- faktor yang
mempengaruhi status gizi tersebut akan saling berinteraksi satu sama lain
sehingga berimplikasi kepada status gizi seseorang. Status gizi seimbang sangat
penting terutama bagi pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan kesejahteraan
manusia. Menurut Djoko
Pekik Irianto (2007:23) Secara umum
status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu, sebagai berikut :
a.
Kecukupan gizi ( gizi seimbang
)
Dalam hal ini asupan gizi, seimbang dengan kebutuhan gizi seseorang
yang bersangkutan. Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh kebutuhan gizi
basal, kegiatan, dan pada keadaan fisiologis tertentu, serta dalam keadaan
sakit.
b.
Gizi kurang.
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat ( patologis ) yang timbul
karena tidak cukup makan, dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang
selama jangka waktu tertentu.
c.
Gizi lebih.
Keadaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan kebanyakan makanan.
Mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang diperlukan oleh tubuh dalam
jangka waktu yang panjang, dikenal sebagai gizi lebih (Moch. Agus Krisno
Budiyanto, 2001: 14).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2007 : 65 ) penilaian status gizi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
I. Pemeriksaan Langsung
a)
Pengukuran Antropometri
Pengukuran Antropometri dilakukan dengan mengukur : tinggi badan,
berat badan, tebal lemak tubuh (tricep, bicep, scapula dan suprailliaca ). Tujuan : menghitung
lemak pada jaringan adipose.
b)
Pemeriksaan Biokimia.
Pemeriksaan laboratorium (biokimia) dilakukan melalui pemeriksaan
specimen jaringan tubuh ( darah, urine, tinja, hati, dan otot ) yang diuji
secara laboratoris, terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin,
glukosa, dan kolesterol.
c)
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dilakukan pada jaringan epitel (Superfisiel
ephitel tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Tujuan :
untuk mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus.
d)
Pemeriksaan Biofisik
Pemeriksaan biofisik dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta
perubahan struktur jaringan. Tujuan : untuk mengetahui situasi tertentu,
misalnya pada orang yang buta senja.
II. Pemeriksaan Tidak Langsung
a)
Survei Konsumsi
Penilaian
konsumsi makanan : dilakukan dengan wawancara kebiasaan makanan dan
penghitungan makanan sehari hari. Tujuan : untuk mengidentifikasi kekurangan
dan kelebihan gizi.
b)
Statistik Vital
Pemeriksaan dilakukan
dengan menganalisa data kesehatan, seperti angka kematian, kesakitan dan
kematian akibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Tujuan : indikator tidak
langsung status gizi masyarakat.
c)
Faktor Ekologi
Pengukuran
status gizi didasrkan atas ketersedianya makanan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor ekologi ( iklim, tanah, irigasi ). Tujuan untuk mengetahui
penyebab malnutrisi masyarakat.
Menurut I Dewa
Nyoman (2002 : 21) faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
metode penilaian status gizi adalah sebagai berikut :
a.
Tujuan pengukuran
b.
Unit sampel yang akan diukur
c.
Jenis informasi yang dibutuhkan
d.
Tingkat reliabiltas dan akurasi
yang dibutuhkan
e.
Tersedianya fasilitas dan
peralatan
f.
Ketersediannya tenaga
g.
Ketersediaannya waktu
h.
Dana yang dibutuhkan
Hal-hal tersebut
diatas tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait faktor yang satu dengan
yang lainnya. Dalam penelitian metode status gizi harus memperhatikan secara
keseluruhan dan mencermati keunggulan dan kelemahan metode tersebut.
Status gizi baik
ataupun gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat yang digunakan
secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan tingkatan paling baik atau yang setinggi mungkin (Sunita
Almatsier, 2002 : 9). Status gizi seseorang dikatakan baik bila terdapat
keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental, terdapat
keterikatan yang erat antara tingkat transportasi penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan keadaan gizi
dengan konsumsi makanan.
Tingkat keadaan gizi
optimal akan tercapai bila kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal.
Komsumsi gizi masa kanak-kanak memberikan kontribusi normal terhadap status
gizi masa dewasa (Husaini Y.k, 1997:14).
Menurut
Djoko Pekik Irianto (2004:133-134) empat masalah pokok yang paling serius
yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan penyakit gizi salah adalah
sebagai berikut :
a.
KPP ( Kekurangan Kalori Protein
)
KPP umumnya dialami anak-anak dengan status ekonomi kurang, karena makanan
hewani relatif mahal, sehingga tidak terjangkau.
b.
KVA ( Kekurangan Vitamin A )
Anak pada umumnya kurang menyukai sayuran dan buah-buahan yang
merupakan sumber vitamin utama, sehingga sering menyebabkan terjadinya
avitaminose A.
c.
AGB ( Anemia Gizi Besi )
Zat besi banyak terdapat pada makanan hewani serta sayuran yang
berwarna hijau tua. Bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu dan mereka yang
tidak menyukai sayuran akan beresiko kekurangan zat besi ( Anemia ).
d.
GAKI ( Gangguan Akibat
Kekurangan Zat Iodium )
Garam beryodium merupakan upaya untuk menghindarkan masyarakat dari
kekurangan yodium.
Munculnya permasalahan gizi tersebut
disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang beraneka ragam, pemahaman yang
salah terhadap jenis makanan, ketidakteraturan pola makan serta gaya hidup.
Berdasarkan sebab yang menyebabkan keadaan
gizi salah, maka dapat dibedakan menjadi dua yaitu gizi salah primer dan
sekunder. Pada gizi salah primer, kelainan terletak pada intake daripada
makanan, seperti merupakan kekurangan maupun kelebihan. Intake dari gizi salah
sekunder adalah mencukupi tetapi terdapat rintangan pada rangkaian
proses-proses pencernaan, penyerapan transport dan penggunaan zat gizi (Moch.
Agus Krisno Budiyanto, 2001:304).
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa status gizi adalah gambaran keseimbangan antara kebutuhan
gizi yang diperlukan tubuh dengan konsumsi zat gizi.
3. Hakikat
Kesegaran jasmani
Manusia sebagai individu terdiri dari kesatuan jasmani dan rohani. Kedua
unsur tersebut sama pentingnya dan tidak mungkin dapat dipisahkan satu sama
lain. Oleh sebab itu, seharusnya kedua duanya senantiasa terbina, disempurnakan dan
dipelihara dengan baik, sehingga dapat terwujud sebagai individu yang bermutu
dan berguna bagi masyarakat. Untuk mencapai kondisi yang demikian diperlukan
tingkat kesegaran jasmani yang baik.
Pada dasarnya manusia adalah mahluk
lndividu sekaligus mahluk sosial yang sudah barang tentu selalu bersosialisasi dengan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia seklau mendambakan
kepuasan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup yang semakin hari semakin banyak membuat
manusia akan selalu berusaha untuk memenuhinya, maka dengan seakian kerasnya
hidup diperlukan kondisi tubuh yang sehat. Dengan kondisi kesehatan dan kesegaran
jasmani yang baik
maka aktivitas dan kegiatan manusia dalam kesehariannya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya akan baik jika dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan hidup
orang yang tingkat kesegaran jasmaninya rendah. Jelaslah bahwa hakikat kesegaran jasmani
dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting untuk menjalankan segala bentuk
kegiatan dan aktivitas.
Jadi berdasarkan
pengertian di atas Hakikat tingkat kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk
melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk melaksanakan pekerjaannya.
4. Pengertian kesegaran jasmani
Menurut (A.Kamisno,1996:58),
Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan
dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kesegaran
jasmani adalah suatu aspek yaitu fisik dari dari kesegaran jasmani yang menyeluruh
(total fitness) yang memberikan kesanggupan pada seseorang
untuk menjalankan hidup yang produktif menyesuaikan diri dari tiap-tiap pembebanan fisik (phsykal
fitness) dengan baik (Tri Tunggal Setiawan,1996:6)
Kesegaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk dapat melakukan tugas sehari-hari dengan mudah tanpa menimbulkan
kelelahan yang berarti dan masih mempunyai sisa cadangan tenaga untuk menikmati
waktu luang dan keperluan yang sifatnya mendadak. Dapat pula dipertegas bahwa
kesegaran jasmani
merupakan kemapuan melaksanakan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar dimana orang
yang keadaan kesegaran jasmaninya kurang tidak akan dapat melakukannya (Sadoso Soemosardjuno, 1998:19).
Dari pendapat para ahli dimuka
dapatlah diambil kesimpulan bahwa kesegaran jasmani merupakan kempuan fungsional
dari seseorang dalam menghadapi pekerjaan. Jadi, orang yang fit akan dapat melaksanakan
pekerjaannya berulang kali tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai
kapasitas cadangan tenaga untuk mengatasi kesulitan yang tidak terduga
sebelumnya.
5. Fungsi kesegaran jasmani
Olahraga
pendidikan merupakan suatu nilai sosial yang telah memperoleh pengakuan dan
dapat berkembang sederajat dengan non sporting achievements yang sama
pentingnya di dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan perkembangan
kepribadian seseorang seperti sukses di sekolah.
Kesegaran
jasmani merupakan sebuah tuntutan dalam hidup agar kita sehat dan mampu
menghasilkan sesuatu secara produktif. Sebagai bagian dari program pendidikan
jasmani di sekolah, pembinaan kesegaran jasmani sangat srategis, karena
mendukung kapasitas belajar siswa dan menggiatkan partisipasi siswa secara
menyeluruh, yang sangat diutamakan di sekolah dasar adalah pembinaan kesegaran jasmani yang terkait dengan kesehatan.
Seseorang
dikatakan memilik kesegaran jasmani, apabila seseorang tersebut memilki
kekuatan, kemampuan, kesanggupan dan daya tahan untuk melakukan pekerjaan yang
efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, yaitu sehabis kerja atau
melakukan aktivitas masih mempunyai cukup energi (Engkos Kosasih, 1985 : 10). Menurut
Rusli Lutan (2002: 7) kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya
tahan dan fleksibilitas.
Bagi Siswa, kesegaran jasmani
merupakan hal sangat penting terutama dalam mengikuti proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah maupun di luar sekolah untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Menurut Engkos Kosasih (1985 :10) kesegaran jasmani bagi pelajar
adalah untuk mempertinggi kemampuan dan kemauan belajar, sehingga dengan
kesegaran jasmani yang baik, diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu, harus diketahui
cara-cara untuk mendapatkan kesegaran jasmani yang optimal.
6. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani.
Kesegaran
jasmani yang baik merupakan interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi
baik secara langsung dan tidak langsung bagi setiap lapisan masyarakat,
meliputi tiga faktor yaitu :
a. Gizi
Menurut Djoko Pekik
Irianto (2004:6-7) bahwa, apabila seseorang atau individu memperoleh dan mendapatkan
gizi yang cukup biasanya lebih baik kebugaran jasmaninya. Gizi dapat diperoleh
dari makanan yang sehat dan berimbang serta cukup energi dan nutrisi yang
meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. sumber energi
dengan proporsi : karbohidrat 60%, lemak 25% dan protein 15%.
b. Latihan Jasmani
Menurut
Djoko Pekik Irianto (2000:6) bahwa melakukan aktifitas jasmani salah satu
alternatif yang paling efektif dan aman untuk memperoleh kesegaran jasmani,
karena dengan melakukan aktifitas jasmani yang teratur dan terukur mempunyai
multi manfaat, antara lain manfaat jasmani (meningkatkan kebugaran jasmani),
manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress dan lebih mampu untuk
berkonsentrasi) dan manfaat sosial (dapat menambah rasa percaya diri, sarana berinteraksi
dan bersosialisasi). Adapun manfaat lain dari latihan kesegaran jasmani adalah
(1) Penambahan kekuatan dan daya tahan, membantu dalam melaksankan tugas
sehari-haru, karena tidak lekas lelah,(2) Latihan membantu memelihara kesehatan
jantung dan pembuluh darah (3) Gerak yang baik bermanfaat bagi tubuh manusia.
c. Istirahat
Tubuh
manusia tersusun atas organ-organ, jaringan dan sel yang memiliki kerja
terbatas, seseorang tidak akan mampu kerja terus-menerus sepanjang hari tanpa
tanpa berhenti kelelahan merupakan salah satu indikator keterbatasan tubuh
manusia. Untuk itu istirahat berguna untuk memulihkan kondisi metabolisme.
Dalam sehari semalam, umumnya seseorang memerlukan istirahat 7 hingga 8 jam
(Djoko Pekik Irianto, 2000:7).
Dari
uraian tersebut diatas diatas dapat diketahui untuk mewujudkan kesegaran
jasmani yang baik salah satu caranya adalah dengan melakukan olahraga /
latihan.
Dalam
pelaksanaan latihan menurut Djoko Pekik Irianto (2004:17) harus meliputi 3
macam, yaitu : intensitas latihan, lamanya latihan dan frekuensi latihan.
1. Intensitas Latihan
Kurang lebih 60-85% dari denyut jantung
maksimal, ini pada umumnya berarti bahwa latihan dilakukan sampai berkeringat
dan bernafas dalam tanpa timbul sesak nafas atau timbul keluhan. Denyut jantung
maksimal adalah 220-umur ( dalam tahun ); Menurut Djoko pekik irianto (2004:17), bahwa intensitas
adalah kuantitas yang ditunjukkan berat ringanya latihan.
2. Lama Latihan.
Lama latihan adalah 20-60
menit, kontinyu dalam melibatkan otot-otot besar. Sedangkan menurut Harsono
(1988:62) bahwa lama berlatih dalam training zone untuk olahraga
prestasi 45-120 menit sedang untuk olahraga kesehatan 20-30 menit. Untuk
meningkatkan kebugaran paru dan penurunan berat badan diperlukan waktu berlatih
20-60 menit.
3. Frekuensi Latihan
Banyakknya unit latihan perminggu. Untuk
meningkatkan kebugaran perlu latihan 3-5 kali seminggu
dan 2 hari sekali bila 3 kali seminggu,.
Komponen-komponen
kesegaran jasmani perlu dipahami, karena komponen-komponen kesegaran jasmani
sebagai penentu baik buruknya kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani
seseorang. Menurut Moelyono W . ( 1999: 235 ) komponen-komponen kesegaran
jasmani terdiri atas delapan macam, yaitu:
a. Daya
tahan paru jantung
Daya tahan paru jantung
adalah kemampuan paru jantung untuk mensuplai oksigen bagi kerja otot dalam jangka waktu yang
lama.
b. Kekuatan otot.
Kekuatan otot adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan daya semaksimal mungkin untuk
mengatasi sebuah tahanan.
c. Tenaga ledak otot.
Tenaga ledak otot
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kemampuan otot yang
maksimal dalam waktu yang singkat.
d. Kecepatan.
Kecepatan adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.
e. Kelincahan.
Kelincahan adalah
kemampuan seseorang dalam mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam
bentuk yang beda dalam waktu sesingkat-
singkatnya.
f. Kelentukan.
Kelentukan adalah
kemampuan sendi-sendi dalam tubuh untuk bergerak dengan leluasa.
g. Keseimbangan.
Keseimbangan adalah
kemampuan tubuh mempertahankan posisi baik dalam keadaan aktif maupun
pasif.
h. Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang
dalam menanggapi adanya
respon atau rangsangan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Unsur komponen kondisi fisik yang
dikembangkan dalam pembelajaran penjas yaitu mengenai aktivitas kebugaran.
Demikian pula dalam assessment bahan ajar aktivitas kebugaran difokuskan kepada komponen daya tahan, kekuatan otot,
daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh. Semua komponen-komponen
tersebut merupakan pondamen kebugaran. Hal ini sejalan dengan konsep yang
diungkapkan oleh Thomas.R, Larame, M. R dan Bonie Pettifon (dalam Nurhasan,
2005:6), mengenai komponen dasar kesegaran yang berhubungan dengan kesehatan,
yaitu :
a)
Kekuatan otot.
b)
Daya tahan otot.
c)
Kelentukan.
d)
Daya tahan umum (
cardiovascular ).
e)
Komposisi tubuh.
Secara
lebih terperinci komponen kesegaran jasmani di bagi menjadi dua golongan, (
Rusli Lutan, 2002:8 ) yaitu :
a. Kebugaran terkait dengan kesehatan,
1)
Daya tahan aerobik;
2)
Kekuatan otot;
3)
Daya tahan otot;
4)
Fleksibilitas;
b. Kebugara jasmani yang terkait dengan performa,
1)
Koordinasi;
2)
Keseimbangan;
3)
Kecepatan;
4)
Agilitas;
5)
Power;
6)
Waktu reaksi
Menurut Djoko Pekik
Irianto (2004:34) Kesegaran jasmani
mempunyai 3 tahapan sasaran. Adapun sasaran kesegaran jasmani itu dirangkumkan
dalam S.3, yaitu :
a. S1- Sasaran 1- sasaran minimal
Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan
kemampuan gerak yang masih
ada dengan memelihara dan
berusaha untuk meningkatkan kemampuan luas
gerakan pada persendian (
latihan peregangan dan pelemasan seluas mungkin )
b. S2- Sasaran 2 – sasaran antara
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan
geraknya lebih lanjut
(
latihan gerakan statis dan dinamis )
c. S3 – Sasaran 3 – sasaran utama
Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas
aerobik.
Dari
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan aktifitas fisik dalam waktu yang relatif lama, yang
dilakukan secara efisien, tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih
mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktifitas lain.
7. Hasil Belajar
Belajar merupakan
masalah setiap orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan
istilah yang tidak asing lagi bagi kita. Begitu sangat terkenalnya istilah
belajar, sehingga seolah-olah setiap orang sudah dengan sendirinya mengerti
akan istilah belajar. Dimyati Mahmud (1989: 121-122 ) menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat
diamati secara langsung, dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman. Pendapat lain mengemukakan,
belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang relative permanen sebagi hasil
dari pengalaman (Maltin, 1999; Myers,1998; dalam Reni Akbar Hawadi, 2004:168 ).
Dalam konteks sekolah, belajar adalah sutu
proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman siswa sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Lanawati
(1999, dalam Reni Akbar Hawadi, 2004 : 168) prestasi belajar adalah hasil
penelitian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai
dengan tujuan intruksional yang menyangkut isi pelajaran
dan perilaku yang diharapkan siswa.
Prestasi belajar
menurut surahmad (1982:25) adalah penilaian hasil belajar siswa bagi kebanyakan
orang, berarti hasil ujian yang dimaksudkan untuk memperoleh suatu nilai dalam
menentukan berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar. Menurut Suratinah (1984:
43) prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha belajar yang ditunjukkan
dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah
dicapai. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa dala penguasaan materi dan
ketrampilan berfikir yang dinyatakan dalam proses belajar mengajar melalui
pengukuran dan penilaian. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha,
kemampuan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan di bidang pendidikan (Zainal
Arifin, 1989)
Prestasi belajar
merupakan gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebaimana telah
ditetapkan untuk satu pelajaran tertentu. Slameto ( 1991: 54 ) menyatkan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu :
a. Faktor internal, meliputi jasmani,
psikologi dan kelelahan.
b. Faktor eksternal, meliputi
keluarga, masyarakat dan sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas maka
dapat disimpulkan Hasil Belajar yaitu kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan hasil yang dicapai
oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar.
8. Pendidikan jasmani
Pendidikan Jasmani, yang dalam
kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain menjadi Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata pelajaran yang
disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA. Pendidikan Jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, untuk itu harus mampu tampil
menyiapkan manusiayang berkualitas, sehat dan bugar sebagai kader-kader
pembangunan nasional (M.Husni Thamrin 2006: 7). Menurut seaton (1974) yang
dikutip oleh M.Husni Thamrin (2006) Pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan gerak, bertujuan untuk mengembangkan kesegaran jasmani,
ketrampilan motorik, pengetahuan sosial dan keindahan. Pengalaman gerak yang
didapatkan siswa dalam Pendidikan Jasmani merupakan kontributor penting bagi
peningkatan angka partisipasi dalam aktivitas fisik dan olahraga yang sekaligus
juga merupakan kontributor penting bagi kesejahteraan dan kesehatan siswa.
Untuk itu tidak mengherankan, peningkatan kualitas dan efektivitas proses
belajar mengajar (PBM) Pendidikan Jasmani selalu menjadi fokus perhatian semua
pihak yang peduli terhadap pendidikan.
Jadi
berdasarkan pengertian di atas maka Pendidikan Jasmani adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan baik
dalam hal fisik, mental, serta emosional.
9. Karakteristik Siswa
Sekolah Dasar
Menurut S.C. Utami
Munandar (1991:1 ; dalam Hera Lestari Mikarsa, dkk, 2007:16) masa usia sekolah
dasar dibagi menjadi dua,yaitu masa kelas – kelas rendah sekolah dasar berumur
6 sampai dengan 9 tahun dan masa kelas – kelas tinggi yang berusia 10 sampai
dengan 13 tahun.
Uraian diatas dapat dikatakan bahwa anak usia sekolah dasar kelas
rendah dan kelompok 1 yang terdiri atas kelas 1 sampai dengan kelas 3 dapat
disebut anak kelas bawah. Sedangkan anak usia sekolah dasar kelas tinggi dan
kelompok dua yang terdiri dari kelas 4 sampai dengan kelas 6 dapat disebut anak
kelas atas.
Dengan demikian, siswa kelas atas
merupakan siswa sekolah dasar yang duduk di kelas 4 sampai dengan kelas 6 atau
antara usia 10-13 tahun.
Sekolah dasar
merupakan bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan program belajar selama
6 tahun (Depdikbud, 1989: 18: dalam Hera Lestari, dkk, 2007 : 16). Di sekolah
dasar terdapat interaksi dan hubungan antara siswa dengan guru dalam proses
belajar mengajar.
Pendidikan sekolah
dasar harus dilaksanakan kapan saja dan dimana saja, sebab pendidikan telah
menjadi komitmen kita. Namun persoalannya bentuk
sekolah dasar yang bagaimana yang dapat menjangkau
anak dalam segala kondisi. Adapun bentuk-bentuk sekolah dasar, tercakup dalam
4 rumpun pendidikan, yang meliputi :
1)
Rumpun Sekolah Dasar (SD)
Konvensional, meliputi Sekolah Dasar biasa, Sekolah Dasar kecil, dan Sekolah
Dasar pamong.
2)
Rumpun Sekolah Dasar (SD) Luar
Biasa, meliputi Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Luar Biasa, dan sekolah dasar
terpadu.
3)
Rumpun Pendidikan Luar Sekolah,
meliputi Kejar Paket A.
4)
Rumpun Sekolah Keagamaan,
meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Podok Pesantren.
Hakikat
anak sekolah dasar, pada umumnya usia SD merupakan masa-masa yang sangat
menentukan didalam pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang baik dikemudian
hari. Pendidik harus mampu menciptakan kondisi yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan kematangan anak sekolah dasar, serta sesuai dengan kebutuhan
untuk mencapai perkembangan tertentu.
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik dan gerak, yang merupakan bagian dari perkembangan umum
pada diri pelajar sekolah dasar memegang peranan penting dalam pembentukan
individu yang berkualitas tinggi dikemudian hari. Pentingnya pertumbuhan fisik
dan perkembangan gerak tersebut perlu benar-benar disadari guru pendidikan
jasmani di sekolah dasar (SD), karena pada anak sekolah dasar pertumbuhan akan
berlangsung. Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat dan lebih
banyak menguasai berbagai keterampilan.
Menurut
Fauzia Aswan (1996:157) yang dikutip Endang Nugraeni (2004:16) pada usia 10-12
tahun, anak mengalami perubahan tubuh, yaitu tangan semakin lebih terampil
sehingga mampu melakukan kerja yang bersifat manipulatif seperti yang dilakukan
oleh orang dewasa.
Masa usia sekolah
dasar sering disebut sebagai masa intelektual masa keserasian sekolah (Syamsu
Yusuf, 2004:24) yang dikutip Endang Nugraeni (2004;16). Pada usia berapa
tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar ditentukan
karena kematangan tidak ditentukan semata-mata oleh umur. Namun pada usia 6
atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada
masa keserasian bersekolah ini secara relative, anak-anak lebih mudah dididik
daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi 2 fase,
yaitu masa kelas-kelas dasar sekolah dasar ( kira-kira usia 6 atau 7 tahun
sampai usia 9 atau 10 tahun ) dan masa kelas-kelas atas sekolah dasar (
kira-kira usia 9 atau 10 tahun saampai dengan usia 12 atau 13 tahun ).
Menurut Syamsu Yusuf
(2004:25) yang dikutip Endang Nugraeni (2004:17) terdapat beberapa sifat khas
anak-anak kelas atas sekolah dasar, yaitu :
a.
Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari secara kongkret.
b.
Sangat realistik, ingin
mengetahui, ingin belajar.
c.
Saat akan memasuki akhir masa
ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d.
Sampai kira-kira umur 11 tahun
anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas
dan memenuhi hasrat keinginannya.
e.
Memandang nilai ( angka raport
) sebagi ukuran yang tepat ( sebaik-baiknya ) mengenai prestasi sekolah.
f.
Gemar membentuk kelompok
sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
Karakteristik
siswa sekolah dasar pada umumnya adalah senang melakukan kegiatan manipulatif,
ingin serba kongkret, dan terpadu. Siswa sekolah dasar masih mendambakan
berlangsungnya pengalaman di lingkungan keluarga dapat pula dialami di sekolah.
Karakteristik
siswa sekolah dasar kelas atas usia 10-12 tahun menurut Harsuki ( 2000:67 - 68
) adalah sebagai berikut :
a.
Perkembangan sex berkembang,
menjadi kuat setelah masa akhir dari
kelas VI.
b.
Pengembangan lebar otot-otot
besar dan penyesuaian dari otot-otot yang kecil memerlukan latihan tertentu.
c.
Jantung tidak tumbuh
sebagaimana cepatnya pertumbuhan tubuh, tekanan darah akan menurun apabila
fisik mulai istirahat.
d.
Kesenangan pada permainan
dengan bola makin bertambah.
e.
Perhatian dengan teman
sekelompok kuat.
f.
Mempunyai rasa tanggung jawab
untuk menjadi orang dewasa.
g.
Rasa kasih sayang seperti orang
dewasa.
h.
Rasa bangga berkembang.
i.
Koreksi bentuk tubuh lebih
diperkuat lewat kebiasaan sehari-hari.
j.
Memperbaiki kekuatan otot
lengan, bahu, punggung, dan tungkai.
Anak sekolah dasar khususnya anak
kelas empat pertumbuhan tulang panjang anak akan berlangsung hingga kepada
ketinggian yang maksimal. Pada masa pertumbuhan ini anak memerlukan rangsangan
makanan yang cocok untuk pertumbuhan tulang-tulangnya. Untuk pengembangan
koordinasi tangan dan mata perlu diberikan latihan-latihan khusus, seperti
lempar tangkap bola kecil yang dapat dijadikan sebagai latihan dasar permainan
softball. Pada masa ini anak mulai terangsang dengan dengan keadaan lingkungan,
ia mulai melihat kehidupan anak yang lebig besar. Ia mulai melihat anak bermain
bola, basket, renang. Ia telah mencari kawan untuk bermain bersama, sehingga
karakteristik terhadap lingkungan perlu diperhatikan. Oleh sebab itu guru
pendidikan jasmani harus jadi perhatian kegiatan-kegiatan tersebut dengan
kegiatan musiman dan kegiatan rekreasi. Pada akhir kelas empat anak lebih
mengutamakan melakukan kegiatan keterampilan yang lebih bermanfaat, keberanian,
atau nekat dan mendapatkan keyakinan sendiri oleh kemampuanya, kegiatan senam
akrobatik sangat cocok diberikan pada masa akhir kelas empat.
Pada masa
kelas lima dan enam mulai kelihatan anak perempuan dan laki-laki saling memisah satu dengan yang lain. Kala
sebelumnya mereka bermain seperti tidak ada perbedaan tetapi mereka sekarang
bersifat enggan untuk berkumpul menjadi satu karena mereka malu antara satu
dengan yang lain, untuk itu guru pendidikan jasmani perlu memperhatikan anak
pada masa ini dengan cara menyiapkan permaian untuk anak laki-laki dan membuat
team kecil untuk anak perempuan. Di samping itu juga perlu disiapkan satu program yang
dimainkan bersama anak laki-laki dan perempuan seperti permainan bulu tangkis. Pada umumnya
karakteristik anak sekolah dasar kelas atas menyukai olahraga permainan yang
menggunakan alat khususnya bola.
Karakteristik peserta didik kelas atas
SDN Cungkuk adalah
berbeda-beda antara satu dengan yang lain, secara fisik ada yang yang gemuk ada
pula yang kurus, ada yang yang tinggi dan ada yang rendah, ada yang kuat, ada
yang lemah dan ada yang aktif ada juga yang pasif. Tinggi badan anak SDN Cungkuk berkisar antara
120 - 155 Cm, berat badan antara 22,5 - 55Kg. Sedang secara psikis ada anak yang
suka bicara ada yang pendiam, ada yang
pemalu ada yang pemberani dan ada yang malas ada pula yang rajin.
Dengan
melihat karakteristik jasmani peserta didik yang berbeda-beda, maka untuk
meningkatkan kesegaran jasmani harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
yang dimilikinya, agar peserta didik dapat melaksanakan aktifitas jasmani
dengan sebaik-baiknya.
Menurut beberapa
pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik anak SD yaitu masa-masa dimana seorang anak senang bermain
dan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, perkembangan
sikap, mental, sosial dan emosional, perkembangan jasmani dan mencari jati
diri.
B. Penelitian yang Relevan
Untuk melengkapi dalam mempersiapkan
penelitian ini maka peneliti mencari bahan acuan yang relevan dalam mendukung
penelitian yang peneliti lakukan. Namun peneliti menemukan hasil penelitian
yang serupa dengan memuat komponen-komponen yang diteliti dalam penelitian ini.
Dari beberapa penelitian tersebut khususnya tentang status gizi dan tingkat kesegaran jasmani peneliti / penulis menemukan penelitian yang mengkaji tentang :
1.
Hasil penelitian Umi Setiyowati
2007 dengan judul “Status Gizi Siswa-Siswi SDN Kaliurang, Kecamatan Srumbung,
Kabupaten Magelang”. Dengan populasi 160
siswa dan semuanya menjadi subyek penelitian. Dengan hasil 90,63% keadaan
status gizinya berkategori normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keadaan
status gizi siswa siswi SDN Kaliurang 2 termasuk dalam kategori normal.
Suharjono dan Tomoliyus tahun 2001 dengan sampel siswa kelas IV, V dan VI SD Se
Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Devenport Kaup dengan norma penilaian dari
Sardjono hasilnya adalah 47 orang (9,4%) berstatus gemuk sekali (GS), 51 orang
(10,2%) berstatus gemuk (G), 206 orang (41,2%) berstatus normal (N), 184 orang
(36,8%) berstatus kurus (K), dan 12 0rang (2,4%) berstatus sangat kurus (SK).
2. Penelitian oleh Purwa Heryanto (2008) yang berjudul’’ tingkat kesegaran jasmani pada siswa kelas atas
SD Muhammadiyah Gendol 1, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman”. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah Gendol 1 Tempel yang berjumlah 120
siswa dengan sampel kelas atas yaitu kelas IV, V, dan VI SD Muhammadiyah Gendol
1, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, yang berjumlah 45 siswa. Dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kesegaran
jasmani siswa kelas atas (IV, V, dan VI) SD Muhammadiyah Gendol 1 Kecamatan
Tempel, Kabupaten Sleman yang berusia 10-12 tahun termasuk dalam klasifikasi
kurang (44,4%) dan sedang (44,4%). Tingkat kesegaran jasmani siswa putra kelas
atas SD Muhammadiyah Gendol 1 Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman yang berusia
10-12 tahun berada pada kategori kurang; sedangkan siswa putri berada pada
kategori sedang.
C. Kerangka Berfikir
Kondisi lingkungan disekitar SDN Cungkuk masih asri.
Belum ada jalan besar yang menghubungkan antar propinsi dan masih sangat jarang
adanya gedung-gedung bertingkat. Udara disekitar SDN Cungkuk masih sejuk, dan
masih banyak tanah kosong yang digunakan untuk arena bermain anak.
Sebagian besar siswa SDN Cungkuk berasal dari
penduduk sekitar SDN Cungkuk yaitu di desa cungkuk, kadiluwih dan kadisono yang
matapencahariannya adalah sebagai petani dan kegiatan sehari-harinya adalah
pergi ke sawah. Siswa di SDN Cungkuk selalu berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki dan
beberapa dengan sepeda onthel. Kegiatan sepulang sekolah siswa diisi dengan
membantu orang tua untuk kerja di sawah dan bermain di tanah-tanah kosong
dengan teman sebaya mereka seperti berlari-larian, dan berenang di sungai.
Berbeda dengan apa yang terjadi di
SD-SD daerah perkotaan. Siswa SD di perkotaan biasaanya berangkat dan pulang
sekolah dengan diantar-jemput oleh orang tua atau oleh supir. Sepulang sekolah
siswa mengisi waktu dengan les mata pelajaran, bermain video game dan menonton
acara televisi. Siswa-siswa juga jarang sekali membantu orang tua untuk bekerja
membersihkan lingkungan rumah karena biasanya orang-orang di daerah perkotaan
sudah membayar orang khusus untuk bantu-bantu di rumah yang biasa disebut
dengan pembantu atau PRT.
Perbedaan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan oleh siswa di SDN Cungkuk dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa di SD perkotan
menimbulkan pertanyaan bagaimana tingkat kesegaran jasmani siswa?. Tingkat
kesegaran jasmani siswa SDN Cungkuk
diduga lebih baik karena siswa di SDN Cungkuk lebih aktif dan
lebih banyak melakukan aktifitas-aktifitas fisik yang dilakukan setiap hari.
Status Gizi adalah gambaran keseimbangan
antara kebutuhan akan zat gizi untuk pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk
produksi energi satu pihak serta konsumsi zat gizi dilain pihak. Seorang siswa
yang status gizinya baik, maka akan memiliki badan yang sehat, tidak lesu dan
bergairah dalam melakukan kegiatan sehari-hari termasuk dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun belajar dirumah.
Kesegaran jasmani
merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan tugasnya sehari-hari secara
efektif dan efisien dalam waktu yang relative lama tanpa mengalami kelelahan
yang cukup berarti. Siswa yang kesegaran jasmaninya baik, maka akan memiliki
badan yang segar, sehat, mampu mempertinggi kemampuan dan kemauaan untuk
belajar dan berlatih.
Hasil belajar
pendidikan jasmani adalah hasil akhir dari pada semua aspek-aspek yang ada,
didalam status gizi dan tingkat kesegaran jasmani untuk memperoleh nilai
ataupun tingkat gizi dan kesegaran jasmani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar